Monday, March 7, 2011

Andaikata Lebih Panjang Lagi,......"

Andaikata Lebih Panjang Lagi,......"


Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia,Rasulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Kemudian Rasulullah berkata, "tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?"
Istrinya menjawab, "saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal",
"Apa yang dikatakannya?",
"saya tidak tahu, ya Rasulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong." "Bagaimana bunyinya?"
desak Rosulullah. Istri yang setia itu menjawab,
"suami saya mengatakan "Andaikata lebih panjang lagi,....
andaikata yang masih baru,.... andaikata semuanya,...."
hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya.
Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?"

Rasulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,"ujarnya. Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu
tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi". Maksudnya, andaikata
jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar pula.

Ucapan lainnya ya Rosulullah?"tanya sang istri mulai tertarik.
Nabi menjawab,"adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi,sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan.Kebetulan suamimu membawa sebuah
mantel baru,selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama,
diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata,"Cuba andaikan yang masih yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi".Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rasulullah?"
tanya sang istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan, "ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan?
Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging.
Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan
kepada musafir itu.Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu.
Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ' kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separuh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila
kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk.
Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri.Karena itu Allah mengingatkan:
"kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula." (surat Al Isra':7)

Dan Rosulullah SAW bersabda:
"sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat kepada sesama manusia

Azan & Wasiat Rasulullah
 
Dilemma Azan.....setaraf dengan lagu kebangsaan? atau setakat penentu 
waktu sholat aje???? Tak lebih tak kurang? Anda sahaja yang tahu isi  
hati anda........... 
 
Lidah kelu di Saat kematian. Kematian pasti menjelma. Hanya masa dan 
waktunya yang tidak kita ketahui. Cuba kita amati.... mengapa kebanyakan 
orang yang nazak (hampir ajal tidak dapat berkata apa-apa, lidahnya 
kelu,keras dan hanya mimik mukanya menahan kesakitan 
sakaratul maut. 
 
Diriwayatkan sebuah hadis yang bermaksud : "Hendaklah kamu mendiamkan 
diri ketika azan, jika tidak Allah akan kelukan lidahnya ketika maut 
menghampirinya." 
 
Ini jelas menunjukkan, kita disarankan agar mendiamkan diri, jangan 
berkata apa-apapun semasa azan berkumandang. Sebagai orang Islam kita 
wajib menghormati azan. Banyak fadhilatnya. 
 
Jika lagu kebangsaan kita diajar agar berdiri tegak dan diamkan 
diri.... mengapa azan kita tidak boleh mendiamkan diri....!!! Lantas sesiapa 
yang berkata-kata ketika azan, Allah akan kelukan lidahnya ketika nazak. 
Kita takut dengan kelunya lidah kita semasa ajal hampir tiba.... maka 
kita tidak dapat mengucapkan kalimah lailahaillallah... yang mana 
sesiapa yg dapat mengucapkan kalimah ini ketika nyawanya dicabut... Allah 
menjanjikan syurga untuknya. 
 
Dari itu marilah kita sama-sama menghormati azan,...dan mohon kepada 
Allah supaya lidah ini tidak kelu walaupun nyawa sedang dicabut. 
 
"Ya ...Allah, anugerahkanlah kematian kami dengan kematian yang baik 
lagi mulia, lancarkan lidah kami mengucap kalimah 
Laillahaillallah......semasa sakaratul maut menghampiri kami...... amin..amin.. amin Yarobbal 
a'lamien.." 
 

No comments:

Post a Comment